Sabtu, 20 Oktober 2018

Ke Ragunan Dipandu Tunanetra

Ke Ragunan Dipandu Tunenetra

Kata orang, relawan itu cuma ada di bencana, aktivitas sosial, pendidikan, dan lingkungan. Padahal ada juga loh relawan dibidang lain. Salah satunya yang kami lakukan beberapa hari yang lalu. Kami menjadi tour guide para tuna netra. Apa asiknya sih? Kan mereka gak bisa ngeliat juga! Mungkin sebagian ada yang beranggapan seperti itu. Pun sama dengan saya, ketika pertama kali saya mengetahui ide ini dari Mas Ain.

Siapa tuh Mas Ain? Beliau adalah penggagas ide mengajak teman teman tuna netra untuk berekreasi ke Taman Margasatwa Ragunan. Selain beliau, ada Kak Lulu juga yang tinggalnya di Ciawi. Singkat cerita, setelah mengetahui ide tersebut saya pun mendaftarkan diri menjadi salah satu relawan di dalamnya.

Tugasnya apa? Pokoknya jadi tour guide mereka deh. Setelah kurang lebih satu bulan berlalu, pada Minggu 14 Oktober 2018 akhirnya terlaksana juga kegiatannya. Berhubung aku telat ketika itu, tunet yang seharusnya aku dampingi pun jadi berubah. Harusnya aku menjadi tour guidenya Kak Shintia. Eh malah berubah, aku jadi tour guidenya Kak Wawan karena ia juga datang telat. Katanya abis nonton clossing Para Games malamnya, makanya jadi telat. But, ternyata relawan yang telat bukan cuma aku, ada juga Kak Chedar. Dan berhubung ada beberapa tunet yang tidak bisa hadir, maka Kak Wawan pun dipandu oleh dua tour guide.

Namun, kenyataanya justru malah kita berdua yang dipandu sama Kak Wawan. Karena ternyata, dia udah sering ke ragunan dari kecil bersama teman temannya. Maka walaupun dia tidak bisa melihat, dia udah hafal jalurnya. Keren ya, aku aja udah berkali kali ke sini gak apal apal 😂. Dan mengetahui hal ini, sang penyelenggara acara mas @ain dkk yg tak jauh berjalan dibelakang kami, menertawakan hal tersebut. Dan malah mengatakan, " wan, nanti kasih tau mereka ya jalannya😂".

Tour guide : Kak Wawan, kegiatannya apa sehari-hari?
Kak Wawan : setiap hari kerja di daerah mampang.
Aku : Sebagai apa kak?
Kak Wawan : Marketing di sana
Kak Chedar : Wah, ditempat apa kak?
Kak Wawan : di Bank xxccc
Aku : Itu marketing online atau offline?
Kak Wawan : Online lah, kalau offline nanti costumernya bisa kabur duluan ngliat saya.
Kami pun tertawa mendengarnya, termasuk dia.
Aku : Ada kesulitan gak sih ka, kalau lagi komunikasi dengan handphone atau ketika berjalan?
Kak Wawan : Gak ada sih, kan sekarang bisa pakai talkback. Kalau lagi jalan ya pakai tongkat gini. Kalau nyari alamat pakai google map, kan sekarang ada suaranya. Kalau pakai komputer juga sama, diaktifin suaranya. Malah kadang saya sering ngerjain temen temen saya, bikin handphonennya jadi ada pakai suara. Hahaha
Aku : Trus kalau cara Kak Wawan, membedakan tempat dan orang gimana?
Kak Wawan : Dari suasananya, oohh ini suara di kendaraan. Kalau misalnya lagi naik gojek nih, itu kerasa kecepatannya. Ooh udah pelan nih, berati bentar lagi sampai. Trus kalau lagi dibawah pohon, oh ini rindang nih. Trus kalau temen, kerasa dari langkah kakinya. Langkah kaki tiap orang kan beda beda bunyinya.

Entah lah, ketika mendengar hal itu aku cuma gak habis pikir, gimana cara dia melakukan semua itu. Mungkin itu yang dinamakan keajaiban kekuasaan Allah, penglihatannya memang tidak seperti kita, tapi Allah memberikan kelebihan lainnya pada indera lainnya. Seperti indra peraba, indera pendengaran, dll. Aku belajar sesuatu dari Kak Wawan, bahwa sebuah keterbatasan bukanlah sebuah halangan untuk meraih kesuksesan.
Terinspirasi buat bikin acara serupa? Kabarin aku lagi dunk, mau ikutan lagi 😁.

@retnopuspitasary