Sabtu, 31 Maret 2018

Tissue


Kejadian ini saya alami beberapa pekan lalu. Tepatnya ketika saya baru saja keluar dari pintu gate out Stasiun Depok Baru. Baru saja kaki ini beberapa langkah keluar, sudah disuguhkan dengan pemandangan para tunawisma yang berjajar di sepanjang luar stasiun.

Pemandangan ini, terkadang membuat saya bersyukur atas hidup yang saya jalani. Seorang tunanetra dengan satu buah kantung kain yang ia pegang tampak sedang mengalunkan tembang dan mengikuti melodi dari stereo yang ia kalungkan.

Tak jauh darinya, ada juga seorang pria tunawisma duduk dengan (maaf) kaki yang tak sempurna. Dibalik deru ular baja yang berdencit-dencit pemandangan inilah yang selalu hadir di sana.

Entah mengapa, bola mata saya menjurus kepada seorang anak laki-laki penjual tissue berusia 7 tahun yang tak jauh dari pria tunawisma tadi. "Tissue ka," ucapnya.
"Berapa harganya?" sambutku.
" Rp 5000 dua ka"
"Satu ya"

Karena saya penasaran, saya pun menanyakan sekolahnya. "Kamu sekolah? Kelas berapa?"
"Sekolah ka, kelas satu di Master"
"Yang semangat ya belajarnya"
"Iya ka, makasih ka"

Seketika ada sebuah perasaan haru yang menyergap hati. Betapa beruntungnya saya ketika seusianya masih bisa bermain. Sementara ia, harus merelakan waktu bermainnya untuk mencari uang jajan dengan menjual tissue.

Master, itu lah salah satu sekolah yang memberikan pendidikan gratis bagi kaum dhuafa, fakir dan miskin 24 jam. Bahkan, di sana mereka menampung para tunawisma. Dari kunjungan yang pernah saya lakukan di sekolah tersebut, menurut Bapak Nurochim selaku kepala sekolah, " nama panjang Sekolah Master adalah Sekolah Masjid Terminal".

Kapan kapan saya ceritakan ya tentang Sekolah Master. 😊

Retno Puspitasary



Sabtu, 17 Maret 2018

Kalau Kamu yang Mana?

Bertahun tahun bekerja di bidang pelayanan masyarakat. Mengajarkan saya mengenali karakter setiap insan. Ada yang diberikan beragam kenikmatan hingga ia lupa hakikat arti sebuah rasa syukur. Ada pula yang selalu diberikan kekurangan hingga mereka rindu dan bertanya apakah Tuhan adil kepadanya.

Ada yang senantiasa diberikan kesehatan namun ia lalai memanfaatkan waktu sehatnya bahkan mencela yang sedang terbaring lemah. Ada yang diuji dengan sakitnya hingga ia merindu untuk dapat berlari ke tengah lapang. Ada yang diberikan nikmat kekayaan, hingga akhirnya ia lalai menggunakan hartanya. Ada yang diberikan nikmat jabatan, hingga akhirnya ia angkuh dan tak menghargai anak buahnya.

Ada yang bukan siapa siapa namun senantiasa ikhlas mengulurkan tangannya untuk orang lain. Ada yang begitu bersemangat mengumpulkan pundi pundi amal hingga kadang lupa untuk beristirahat. Ada pula yang diam diam beramal namun dianggap tak melakukan apa pun. Ada yang setiap hari memikirkan nasib masyarakat, hingga beragam bisnis pun ia jalani. Dan terakhir ada pula yang setiap hari mengharap belas kasih orang lain untuk dapat menikmati sesuap nasi.

Beragam orang, beragam karakter tergantung kita dapat mengambil pelajaran dari masing-masingnya. Kalau kamu ada dikarakter yang mana?

Retno Puspitasary