Rabu, 14 Februari 2018

Meriam Ini Bisa Mengeluarkan Beragam Suara



Dokumentasi pribadi 04 Februari 2018

Berkunjung ke Sumatera Utara menjadi lebih bermakna ketika kita mengetahui saksi bisu kota tersebut. Apalagi jika berkunjung bersama orang-orang yang dicinta. Setiap lekuk kisahnya tentu saja akan membekas dibenak kita dan menjadi sebuah keharusan untuk menceritakannya kepada kerabat dan anak cucu kelak. Salah satu destinasi wisata budaya yang akan saya ceritakan pada kesempaan ini adalah Istana Maimone. 

Istana Maimone merupakan salah satu destinasi wisata budaya di kota Medan yang dibangun untuk mengenang  peperangan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Putri Hijau atau Kerajaan Haru  pada tahun 1612. Konon di Kesultanan Deli terdapat dua orang putri yang bernama Putri Siti Hanifah dan Putri Hijau yang cantik jelita. Karena parasnya yang cantik, Sultan  Aceh mengajukan niatnya untuk meminang Putri Hijau Tetapi, Putri Hijau menolak pinangan Sultan Aceh.
Mendapat penolakan tersebut,Sultan Aceh mengirimkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Haru. Dalam peperangan tersebut, Kerajaan Putri Hijau mengalami kekalahan karena musuh berhasil mengelabui para pasukan Kerajaan Haru dengan memakai siasat menyebarkan uang emas ke arah benteng pertahanan dibalik pintu gerbang Kerajaan Haru. Akibatnya, pasukan lengah dan berebut uang emas tersebut (dilansir: SindoNews.com). 

Menyikapi hal tersebut, adik Putri Hijau yang bernama Mamang Khayalik berjanji kepada sang kakak untuk mengalahkan Kerajaan Aceh dengan menyatukan kekuatannya ke meriam dan menembakkan meriamnya ke pasukan Aceh, karena ia adalah satu-satunya pertahanan terakhir yang dimiliki orang dalam istana. 

Benar saja, meriam tersebut  terus menerus didentumkan ke Pasukan Aceh. Namun, karena dentuman yang tak henti hentinya, meriam tersebut memerah dan menjadi panas. Hingga akhirnya pecah, puntung dan terlontar ke tempat yang berbeda. Salah satu ujungnya terpental ke Kabupaten Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Tanah Karo. Sementara ujung lainnya  berada  di halaman Istana Maimone.  

Alhasil, Kerajaan Putri Hijau harus menerima kekalahan. Setelah peristiwa tersebut, Raja Aceh membawa Putri Hijau bersamanya menuju Aceh. Namun, sebelum memenuhi keinginan sang raja, Putri Hijau memberikan tiga syarat kepadanya yaitu harus membawa berti, telur dan peti kaca. 

Karena Raja Aceh mampu memenuhi permintaannya, ia pun behasil membawa Putri Hijau ke Aceh melalui Sungai Deli. Tetapi, sebelum berangkat Putri Hijau meminta kepada Sultan Aceh untuk memasukkanya ke dalam peti kaca. Tujuannya, agar sultan tidak dapat menyentuh tubuh Putri Hijau hingga tiba di Aceh. Setibanya di Laut Jambo Aye, Putri Hijau membuat permohonan agar diadakan satu upacara untuknya sambil menurunkan berkarung-karung berti (beras) dan telur ayam sebelum peti kaca diturunkan dari kapal. Permintaan itu pun, dikabulkan kembali oleh Raja Aceh.

Tetapi, tanpa di sangka dari laut Jambo Aye datang angin ribut dan gelombang besar yang di dalamnya muncul sang kakak yang menjelma menjadi Naga. Lalu,Putri Hijau pun dibawa bersamanya melewati Laut Jambo Aye . Akhirnya mereka tak jadi menikah karena Putri Hijau berhasil melarikan diri bersama kakaknya. Hingga kini, tak ada yang mengetahui keberadaan Putri Hijau dan kakaknya. Apakah masih hidup atau sudah tiada.      

Sementara adiknya, Mamang Khayalik yang menjelma menjadi meriam, kini berada di halaman Istana Maimone. Tepatnya di dalam bangunan sayap kiri depan Istana dan sering dikunjungi oleh masyarakat atau peziarah dengan membawa beraneka macam bunga, kain berwarna putih, hijau dan kuning.   

Menurut pemandu wisata  di sana, biasanya setiap orang yang datang akan mendengar suara meriam puntung dengan suara yang beragam. Ada yang mendengar suara meriam seperti gaung, air mengalir, gemuruh, perang genderang, napak kuda, pedang beradu dan lainnya. Saya sendiri mendengarnya seperti bunyi gemuruh. 

Tertarik ingin menikmati salah satu destinasi wisata budaya Meriam Puntung? Hanya dengan mengeluarkan kocek sebesar Rp 3000,- Anda yang berada di sekitar kota Medan dapat menikmati suara meriam puntung dan merasakan suasana mistis di sekitar Meriam Puntung. Selamat berlibur dan menikmati destinasi wisata budaya di Kota Medan.  

Retno Puspitasary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar